• Breaking News

    Just Share... bukan bermaksud menggurui ataupun sok suci hanya ingin berbagi.....

    Test Footer

    Selasa, 08 Januari 2013

    supervisi sekolah


    Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di Negara kita Indonesia Indonesia-sejak zaman penjajahan belanda hingga zaman kemerdekaan sampai sekarang maka kewajiban dan tanggung jawab para pemimpin pendidikan umumnya dan kepala sekolah khususnya, mengalami perkembangan Dan perubahan pula, adapun perubahan-perubahan tersebut dapat dibagi menjadi tiga aspek:
    1.      Perubahan dalam tujuan
    2.      Perubahan dalam luasnya tanggungjawab/kewajiban
    3.      Perubahan dalam sifatnya.
    Ketiga aspek tersebut sangat berhubungan erat dan sukar untuk dipisahkan satu dari yang lain. Adanya perubahan dalam tujuan pendidikan, mengubah pula luasnya tanggung jawab yang harus di pikul dan dilaksanakan oleh para pemimpin pendidikan. Hal ini mengubah pula bagaimana sifat-sifat kepemimpinan yang harus dilaksanakan, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
    Jika dahulu, kepala sekolah telah dianggap baik  dan cakap , kalau sekolahnya dapat berjalan dengan teratur tanpa menghiraukan kepentingan dan hubungan dengan masyarakat sekitarnya, maka penilaian sekarang adalah lebih dari itu.
    Tugas kewajiban kepala sekolah, di samping mengatur jalannya sekolah, juga harus dapat bekerjasama dan berhubungan erat dengan masyarakat. Ia bekewajiban membangkitkan semnagat staf dan guru-guru dan pegawai sekolah untuk bekerja lebih baik. Dan membangun, memelihara kekeluargaan, kekompakan dan persatuan antara guru-guru, pegawai dan murid-muridnya. Mengembangkan kurikulum sekolah, mengetahui rencana sekolah dan tahu bagaimana menjalankannya. Memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan guru-guru dan pegawai-pegawainya, dan lain sebagainya.
    A.    Pengertian Supervisi

    Supervisi mempunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personil sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru. Seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran yang lebih baik cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase dari seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.
    Dengan kata lain; supervisi ialah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif.
    Fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar control melihat apakah segala kegiatan telah di laksanakan sesuai rencana dan program yang telah di gariskan, tetapi lebih dari itu. Supervisi dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervise mencakup penetuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personal maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi situasi belajar mengajar yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat itu.
    Seperti yang dikatakan oleh Nealey dan Evans, dalam bukunya “Handbook For Effective Supervision Of Instruction”. Seperti berikut: “. . . the term ‘supervision’ is used to describe those activities which are primarily and directly concerned with studying and improving the conditions surround the learning and growth of pupils and teachers”.
    Dalam dunia pendidikan di Indonesia, perkataan supervise belum begitu popular. Sejak jaman penjajahan Belanda hingga sekarang orang lebih mengenal kata “inspeksi” dari pada supervisi. Pengertian “inspeksi” sebagai warisan pendidikan Belanda dulu, cenderung kepada pengawasan yang bersifat otokratis, yang berarti “mencari kesalahan-kesalahan guru kemudian menghukumnya”. Sedangkan supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis. Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru-guru dan pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan yang telah ditentukan. Tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi dalam kegiatan supervisi guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Burton, dalam bukunya “Supervision A Social Process” sebagai berikut: “Supervision is and expert technical servise primarily aimed at studying and improving co-operatively all factors which affect child growth and development”.
    Sesuai dengan rumusan burton tersebut, maka:
    1.      Supervise yang baik mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam mencapai tujuan umum pendidikan.
    2.      Tujuan supervise adalah perbaikan dan perkemabangan proses belajar-mengajar secara total: ini berarti bahawa tujuan supervise tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas, termasuk didalamnya pengadaan fasilitas-fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan human relation yang baik.
    3.      Lebih tertuju pada “setting for learning”, bukan pada seseorang atau sekelompok orang. Semua orang, seperti guru-guru, kepala sekolah dan pegawai sekolah, dan semua yang terlibat dalam terciptanya kegiatan belajar-mengajar yang baik.
    Sesuai dengan rumusan di atas,maka kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan supervise dapt disimpulkan sebagai berikut:
    a.       Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
    b.      Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar-mengajar yang baik.
    c.       Bersama guru-guru, berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar mengajar yang baik.
    d.      Membina kerjasama yang baik dan harmonis antara guru, murid dan pegawai sekolah lainnya.
    e.       Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar, inservise, training.

    B.     Tipe-tipe Kepengawasan
    Burton dan brueckner mengemukakan adanya lima tipe supervise yaitu:
    a.       Supervise sebagai inspeksi
    Dalam administrasi dan kepemimpinan yang otokratis, supervise berarti inspeksi. Inspeksi bukanlah suatu pengawasan yang berusaha menolong guru untuk mengembangkan dan memperbaiki cara dan daya kerja sebagai pendidik dan pengajar. Inspeksi di jalankan untuk meneliti dan mengawasi apakah guru atau bawahan menjalankan apa-apa yang sudah di instruksikan dan yang telah di tentukan oleh atasan atau tidak. Jadi inspeksi berarti kegiatan-kegiatan mencari kesalahan.
    b.      Laisses faire
    Kepengawasan faire membiarkan guru-guru dan pegawai bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk dan bimbingan. Guru-guru boleh menjalankan tugasnya dan mengajar sekehendaknya dengan cara yang mereka inginkan. Kepengawasan faire ini merupakan kepengawasan yang lemah dan tanpa tanggung jawab. Seorang kepala sekolah yang termasuk type ini sama sekali tidak memberikan bantuan, koreksi, dan pengawasan terhadap pekerjaan guru-guru dan anggota yang dipimpinnya. Pembagian tugas dan kerja sama diberikan kepada mereka. Sehingga sukar diharapkannya dalam kepengawasan ini kerjasama yang harmonis dan kejelasan tujuan.
    c.       Coercive supervision
    Hamper sama dengan kepengawasan yang bersifat inspeksi, tipe kepengawasan ini bersifat otoriter. Di dalam tindakan kepengawasannya si pengawas bersifat memaksa segala sesuatu yang dianggapnya benar dan baik. Dalam hal ini pendapat dan inisiatif guru tidak di hiraukan atau tidak dipertimbangkan. Mungkin dalam hal-hal tertentu kepengawasan tipe ini berguna dan sesuai: misalnya untuk guru yang baru mulai belajar mengajar.
    d.      Supervise sebagai training dan guidance
    Dibandingkan dengan tipe-tipe supervise sebelumnya, tipe ini adalah yang lebih baik. Tipe ini berlandaskan kepada suatu pandangan bahwa pendidikan itu merupakan proses pertumbuhan bimbingan. Juga berdasarkan pandangan bahwa orang-orang yang diangkat sebagai guru umumnya telah mendapat pre-servise di sekolah guru. Oleh karena itu supervise yang dilakukan selanjutnya ialah untuk melatih, membimbing kepada guru-guru tersebut dalam tugasnya sebagai guru.
    e.       Kepengawasan yang demokratis
    Dalam kepemimpinan yang demokratiskepengawasan/supervisi bersifat demokratis pula. Supervise merupakan kepemimpinan pendidikan secara kooperatif. Dalam tingkat ini, sup ervise bukan lagi suatu pekerjaan yang dipegang oleh seorang petugas, tetapi merupakan pekerjaan-pekerjaan bersama yang dikordinasikan. Tanggung jawab tidak dipegang sendiri oleh supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada para anggota sesuai dengan tingkat, keahlian dan kecakapan masing-masing.
    Masalah yang perlu mendapat perhatian bagi para pengawas dan kepala sekolah selaku supervisor ialah menemukan cara-cara bekerja secara efektif.

    C.    Ciri-ciri supervisor yang baik
    Implementasi dari suatu konsep supervise memerlukan adanya kepemimpinan pendidikan yang cukup baik. Untuk itu supervisor haruslah dibekali scara personal maupun professional sifat dari pengetahuan yang sesuai dengan profesi jabatan.
    Tomkins dan backley menyatakan kualitas penting bagi seorang supervisor sebagai berikut: “memiliki intuisi yang baik, kerendahan hati, keramah-tamahan, ketekunan, sifat humor, kesabaran, dan sebagainnya adalah cirri-ciri yang penting, karena supervise menyangkut hubungan antar orang-orang.
    Dengan singkat: disamping harus memiliki ilmu administrasi dan memahami fungsi-fungsi administrasi dengan sebaik-baiknya, untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, seorang supervisor harus memiliki cirri-ciri dan sifat-sifat seperti berikut:
    1.      Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang dibawah pengawasannya.
    2.      Menguasai dan memahami rencana dan program yang telah digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
    3.      Berwibaw dan memiliki kecakapan prektis khususnya human “human relation”
    4.      Memiliki sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati
    5.      Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah di gariskan dan disusun.

    D.    Fungsi-fungsi supervise
    Fungsi-fungsi supervise pendidikan sangat penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut:
    1.      Dalam bidang kepempinan
    a.       Menyusun rencana bersama
    b.      Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam berbagai kegiatan
    c.       Memberikan bantuan kepada anggots kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan.
    d.      Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan keputusan
    e.       Membangkitkan, memupuk semangat dan memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok.

    2.      Dalam hubungan kemanusiaan
    a.       Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok.
    b.      Memupuk rasa saling hormat-menghormati diantara sesame anggota kelompok
    c.       Menghilangkan rasa curiga-mencurigai antara anggota kelompok.

    3.      Dalam pembinaan proses kelompok
    a.       Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok
    b.      Memupuk sikap kesediaan dalam hal tolong menolong
    c.       Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan perselisihan antar anggota kelompok
    d.      Menguasai tekhnik-tekhnik memimpin rapat dan pertemuan-pertemuan lainnya.

    4.      Dalam bidang administrasi personil
    a.       Memilih personil yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan
    b.      Menempatkan personil pada tugas dan pekerjaan sesuai dengan kemampuan masing-masing
    c.       Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil yang maksimal.

    5.      Dalam bidang evaluasi
    a.       Memahami dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan
    b.      Menguasai dan memiliki norma-norma atau criteria ukuran sebagai criteria ukuran
    c.       Menguasai tekhnik-tekhnik pengumpulan data
    d.      Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan.

    (purwanto,M.Ngalim. administrasi pendidikan. Mutiara, Jakarta,1981)

    1.      Pengertian.
    Supervise ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.
    2.      Tujuan supervise:
    Ialah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.
    3.      Prinsip-prinsip supervise:
    Supervise hendaknya dilaksanakan secara:
    a.       Ilmiah yang berarti:
    1.      Sistematis
    2.      Objektif, berdasarkan fakta dan data.
    3.      Menggunakan instrument yang dapat memberi data/informasi sebagai bahan untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
    b.      Demokratis:
    Menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
    c.       Kooperatif:
    Mengembangkan usaha bersama untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
    d.      Konstruktif dan kreatif:
    Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

    sasaran supervise:
    supervise ditujukan kepada situasi belajar-mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan secara optimum.
    Teknik-teknik supervise:
    Ada bermacam-macam teknik supervise yang kita kenal antara lain:
    a.       Kunjungan kelas , kunjungan ini dapat diberitahukan. Mungkin pula kunjungan itu atas dasar undangan guru
    b.      Observasi kelas
    1.      Yang diobservasi ialah usaha serta kegiatan murid dan guru dalam proses belajar mengajar.
    2.      Cara menggunakan media pembelajaran.
    3.      Cara mengorganisir kegiatan belajar-mengajar dan factor penunjang lainnya.
    c.        Percakapan pribadi:
    1.      Mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan guru
    2.      Mendorong guru mengatasi kelemahan dalam mengajar
    3.      Mengurangi keraguan guru dalam menghadapi masalah pada waktu mengajar
    d.      Saling kunjung-mengunjungi.
    1.      Seorang guru mengunjungi rekannya yang lain yang sedang mengajar untuk menambah pengalaman.
    2.      Seorang guru atau beberapa orang guru mengikuti rekan dalam memberi contoh
    e.       Musyawarah, rapat, lokakarya.
    f.       Brosur, pengumuman, dan edaran.
    g.      Penyediaan instrument supervise.
    (subroto,B. Suryo. Dimensi-dimensi administrasi pendidikan di sekolah. Bina aksara Jakarta, 1988)

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Beauty

    Fashion

    Flag Counter

    Test Footer

    Travel