• Breaking News

    Just Share... bukan bermaksud menggurui ataupun sok suci hanya ingin berbagi.....

    Test Footer

    Selasa, 23 Oktober 2018

    Becanda, Bendera Tauhid, Murtad.

    Becanda, Bendera Tauhid, Murtad.


    Satu minggu ini kita dihebohkan dengan guyonan salah seorang komika ditanah air yang dengan tidak lucunya menjadikan ajaran Islam sebagai bahan ejekan, belum lama berselang tepatnya hari ini senin 22 oktober 2018 pada Perayaan Hari Santri dihebohkan dengan pesta pembakaran bendera dan atribut yang bertuliskan kalimat Tauhid “La ila haillallah Muhammad Rasulullah” yang dilakukan ormas paling Pancasila dan paing NKRI di negeri ini, alasan mereka membakar bendera dan atribut tersebut atas dasar klaim sebagai bendera milik ormas yang telah dibubarkan.
    Bendera tauhid  apakah bendera milik ormas?
    Saya sebetulnya bingung bendera yang mereka maksud milik ormas itu yang seperti apa?

    Bukankah menurut petinggi Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto sebagaimana wawancara dengan reporter tim Fakta 10 September 2018 mengatakan bahwa “Kalimat Tauhid dalam sebuah bendera itu tidak bermasalah karena atribut tersebut tidak disebutkan dalam keputusan Kemendagri, hanya pencabutan izin ormas” juga didukung oleh pernyataan Soedarmo Dirjen Polpum Kemendagri yang mengatakan “Yang kami larang itu adalah bendera dengan simbol HTI, bukan bendera tauhid. Keduanya berbeda, kalau HTI ini mencantumkan tulisan Hizbut Tahrir Indonesia dibawah kalimat La ila haillaAllah Muhammad Rasulullah” sedang bendera-bendera dan atribut yang mereka bakar hanya selembar kain hitam bertuliskan kalimat Mulia “La Ila haillaAllah Muhammad Rasulullah” dimana setiap manusia yang mengaku muslim ingin hidup dan mati dibawa naungan kalimat tersebut?


    “Siapa saja yang ucapan terakhirnya adalah kalimat Laa Ilaha IllaAllah, dia akan masuk surga” (H,R Ahmad)
    Bukankah diatas kain tersebut tertulis Asma’ “Allah” dan nama manusia paling mulia dimuka Bumi “Muhammad” yang kita harapkan syafa’atnya kelak?


    Dimakanakah rasa hormat mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya padahal dahulu kita selalu diajarkan oleh orangtua kita, guru ngaji kita untuk mencium, menjaga dengan mendekap di dada serta meletakkan apapun yang bertuliskan arab (terlebih yang ada Asma’ Allah dan Rasulullah) lebih tinggi di atas kepala kita.


    Saya tidak membayangkan bagaimana kelak nanti di akhirat mereka menghadap kepada Dzat yang telah mereka hinakan dahulu di dunia.
    Bendera tauhid (panji Islam)


    Rasulullah bersabda tentang bendera milik umat Islam ini.
    Panjinya (rayah) Rasulullah shallallahu ’alayhi wa sallam berwarna hitam dan benderanya (liwa’) berwarna putih, tertulis di dalamnya: “La ilaha illallah muhammad Rasulullah”. (HR. Al-Thabrani)


    Bagaimana mungkin seorang Muslim yang mengaku cinta kepada Allah Rasulnya menghinakan dengan cara membakar sambil diiringi jogetan rasa bangga terhadap sebuah Panji Tauhid yang Rasulullah suruh para sahabatnya untuk melindunginya.


    Tidaklah kita mendengar kisah Mus'ab bin Umair ra rela kehilangan lengan kanan, kiri, serta dipanah jantungnya demi  menjaga Panji Tauhid tetap berkibar pada Perang Uhud. Hingga Abu Rumi mengambil panji darinya. Atau kisah si pemilik dua sayap Ja’far bin Abi Thalib saudara sepupu Rasulullah yang tangan kanan kirinya tertebas pedang demi menjaga Panji Tauhid beserta dua sahabatnya Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Rawahah radhiyallaahu 'amhum mereka bergantian mati syahid demi menjaga Panji Tauhid tetap berkibar di perang Mu'tah.


    Lihatlah para sahabat manusia terbaik disekeliling Rasulullah mereka rela tubuh mereka tercabik-cabik demi menjaga bendera Tauhid yang Rasulullah perintahkan untuk memuliakannya.
    Bila bertanya apa pentingnya sebuah bendera yang bertuliskan kalimat Tauhid?

    Mari sejenak kita mendengar kisah yang oleh sejarawan disebut pertempuran Ar Rayah (Perang Bendera)
    Pernah Muhammad bin Abi Amir (326 H – 392 H) atau yang dikenal saat memimpin dengan sebutan Al Hajib Al Manshur salahsatu pemimpin Andalusia terbesar dan terhebat memerintahkan untuk melakukan ekspansi ke wilayah kafir.
    Suatu saat pasukan muslimin memasuki wilayah masyarakat kafir. Kebiasaan pasukan muslimin saat memasuki wilayah perang, mereka menancapkan bendera di tempat tinggi. Dan bendera itu akan dicabut saat mereka meninggalkan wilayah tersebut. Maka pasukan pun menancapkan bendera-bendera di bukit-bukit dan di tempat yang tinggi.

    Muslimin mencoba memasuki wilayah itu tanpa ada perlawanan apapun.Dan ternyata benteng-benteng tersebut telah kosong. Tak ada satupun penghuninya. Para penghuni telah kabur, karena mendengar pasukan muslimin mau datang ke wilayah mereka. Mereka berpencaran ke lembah-lembah di sekitarnya.

    Karena tak ada penghuni, pasukan muslimin pun meninggalkan wilayah tersebut. Bendera-bendera dicabuti. Tapi seorang tentara muslim lupa mencabut sebuah bendera yang ditancapkan di bukit.

    Para penghuni wilayah tersebut mengawasi terus wilayah mereka itu. Walaupun pasukan muslimin telah meninggalkan wilayah mereka beberapa hari yang lalu, tapi mereka tak kunjung kembali ke rumah-rumah mereka.

    Apa pasalnya? Bendera tertinggal itu. Mereka menduga bahwa pasukan muslimin masih ada di benteng-benteng mereka, dengan bukti sebuah bendera yang tertinggal di puncak bukit.

    Begitulah keadaan berhari-hari. Hingga mereka yakin bahwa muslimin telah pergi dan ternyata hanya bendera yang tertinggal.

    Para ahli sejarah pun menyebut perang ini dengan Perang Ar Royah (Bendera). (Lihat: Al Andalus At Tarikh Al Mushowwar h. 236)
    Begitulah kemuliaan kaum muslimin satu bendera Tauhid yang berkibar telah membuat takut orang kafir. Kalau Kisra raja Persia saja yang merobek surat dari Rasulullah SAW saja kerajaannya hancur terkoyak, maka bagaimana dengan orang yang berani membakar panji kemuliaanNya?


    Kafir tanpa sadar.

    Tiada kata yang layak disematkan bagi penghina Islam kecuali “Kafir”. Ya “Murtad” itulah hukuman yang setimpal bagi manusia yang menghinakan Allah dan Rasul-Nya. Bukan kata saya itulah ketetapan Allah bagi siapapun yang mengolok-olok maupun yang menghinakan ajarannya.

    Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ

    Artinya; Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman… [At Taubah : 65-66].

    Diriwayatkan dari lbnu Umar, Muhammad bin Ka’ab, Zaid bin Aslam dan Qatadah secara ringkas. Ketika dalam peristiwa perang Tabuk ada orang-orang yang berkata “Belum pernah kami melihat seperti para ahli baca Al Qur`an ini, orang yang lebih buncit perutnya, lebih dusta lisannya dan lebih pengecut dalam peperangan”. Maksudnya, menunjuk kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang ahli baca Al Qur`an. Maka berkatalah Auf bin Malik kepadanya: “Omong kosong yang kamu katakan. Bahkan kamu adalah munafik. Niscaya akan aku beritahukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”. Lalu pergilah Auf kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberitahukan hal tersebut kepada Beliau. Tetapi sebelum ia sampai, telah turun wahyu Allah kepada Beliau. Ketika orang itu datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau telah beranjak dari tempatnya dan menaiki untanya. Maka berkatalah dia kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah! Sebenarnya kami hanya bersenda-garau dan mengobrol sebagaimana obrolan orang-orang yang bepergian jauh untuk pengisi waktu saja dalam perjalanan kami”. Ibnu Umar berkata,”Sepertinya aku melihat dia berpegangan pada sabuk pelana unta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sedangkan kedua kakinya tersandung-sandung batu hingga berdarah sambil berkata: “Sebenarnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja”. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya: “Apakah terhadap Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?”
    Bagaimana seorang yang mengaku Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tapi menjadikan ajaran bahkan kalimat-Nya yang mulia sebagai bahan olok-olok bahkan dengan bangganya merampas dan membakar dengan bangga kecuali seorang yang telah hilang rasa cinta dalam hatinya.
    Bahkan seekor Anjing pun tidak rela nama kekasih-Nya Muhammad menjadi bahan olok-olokan sebagaimana kisah dari Jamaluddin Ibrahi bin Muhammad Ath Thibi dalam kitab Durarul Kaminah 4/152-153, Ibnu Hajar Asqalani, bahwa ada Raja dari Mongol yang telah Murtad dia menghina Nama Rasulullah Muhammad SAW lalu seekor anjing pemburu lepas menyakar wajah raja tersebut ketika sudah diingatkan bahwa apa yang ia lakukan terkait hinaannya kepada Muhammad Namun ia bersikukuh lalu anjing tersebut kembali mencakar, menggigit leher raja tersebut hingga terputus kejadian tersebut membuat masuk 40.000 orang mongol masuk Islam.
    Mengerikan sekali akhir riwayat bagi para pencela agama, mengaku mencintai tapi berperilaku layaknya pembenci, selalu meminta syafa’at tapi diiringi dengan membenci syari’at.


    كُلٌّ يَدَّعِي وَصَلاً بِلَيْلَى … وَلَيْلَى لَا تُقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَا

    (Kullun yadda’i washolan bi Laila… Wa Laila la tuqirru lahum bidzaakaa)
    Semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila…
    Namun Laila menolak pengakuan mereka itu…

    Conclusion

    قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣١
    Artinya Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S Al Imran ayat 31)
    Bagi yang merasa mecintai Allah ikuti apa-apa yang Allah dan rasul-Nya cintai, bila pernah membenci segeralah bertaubat karena ampunan Allah seluas Langit dan Bumi.
    Tulisan kali ini ditutup sembari teringat perkataan K.H Ahmad Sahal pimpinan pondok pesantren Gontor “KITA LEBIH PAHAM PEMBATAL SHALAT TAPI TIDAK TAHU PEMBATAL ISLAM”
    Wallahu’alam

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Beauty

    Fashion

    Flag Counter

    Test Footer

    Travel